Selasa, 17 Maret 2020

Sebuah Negeri Terindah di Tanah Datar


Sebuah Negeri Terindah di Tanah Datar


Rambatan, 26 Desember 2019, ada sebuah acara keluarga. Aku juga memutuskan untuk ikut dan menikmati acara khitanan yang diadakan oleh salah satu sepupuku. Membawaku menemukan hal-hal indah selama perjalanan pulang.
Pemandangan yang teramat sangat indah yang pernah ku temui. Sebuah desa yang berada di salah satu Kabupaten Tanah Datar yang ada di Sumatera Barat. Berjejer menjadi sebuah pemadangan yang sangat cantik dan menarik. Pemandangan yang mampu membuat mulutku seakan tersenyum tanpa perlu adanya sebuah candaan.
Aku tidak punya banyak kisah di tempat ini. Kala itu aku hanya kebetulan melewati tempat ini ketika hendak pulang ke rumahku dari Baru Sangkar dengan alasan lebih cepat sampai. Namun hal ini tidak menutup keinginanku untuk tidak menggambil gambar dengan kamera handphoneku di sepanjang jalanan. Rasanya seperti ada yang kurang jika melewatkan hal baru dalam hidup kita. Bisa saja, esoknya kita tidak bisa menemukannya lagi.
Tanpa perlu berfikir panjang, aku mengambil posisi duduk paling pinggir yang di kendarai oleh sepupuku. Sembari menikmati sejuknya angin perjalanan aku juga bisa menikmati indahnya pemandangan dari wilayah yang baru pertama kali aku lewati ini.
Berawalkan dengan jajaran pohon kelapa yang menghiasi perjalanan, bertemankan dengan sawah-sawah. Membuat mata enggan untuk beralih ke handphone. Rugi sekali rasanya, jika kita sudah disuguhkan dengan pemandangan yang teramat indah, tapi kitanya masih saja sibuk dengan kefanaan dunia maya. Mari lebih terbuka dengan dunia dan alam.
Kurasa ada banyak pelajaran penting jika kita lebih terbuka dan peduli dengan lingkungan. Dunia punya kisah uniknya tersendiri. Untuk kamu yang sedang melakukan perjalanan, jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan dan nikmati setiap perjalanan yang kamu tempuh. Karena mereka berharga.

Senin, 16 Maret 2020

Air Terjun Sarasah


Air Terjun Sarasah


Ini kisah perjalanan pendek menelusuri bebatuan dan hutan-hutan. Bersama kawan-kawanku. Berawal dengan titik kumpul di rumah Asa untuk berkumpul dan mempersiapkan segalanya. Entah apa yang membawa kami kemari. Jutaan ide di ajukan oleh teman-teman yang memperoleh informasi tentang tempat ini.
Sarasah, salah satu wisata alam yang terdapat di Bandarbuek, yang ada di Padang. Berada di tengah-tengah bukit di pedalaman desa. Kami melaju menuju post masuk menuju Sarasah. Berboncengan dan konvoi menuju post pertama. Jalan yang kami lewati tidak begitu bagus, ada banyak bebatuan dijalan dan jalan juga banyak yang berlobang. Namun, hal ini tidak menutup kemunginan bagi kami untuk menelusuri wisata alam tersebut.
Menelurusi tepian hutan, selanjutnya kami harus memarkirkan motor dan mulai beranjak menuju Air Terjun Sarasah. Dengan dekapan langit biru, kami melangkah masuk ke hutan dengan penuh canda tawa.
Untuk sampai ke atas, kami harus memanjat akar pohon yang cukup besar, aliran air menjadi petunjuk bagi kami untuk meneruskan perjalanan. Pepohonan sangat rindang, membentuk kanopi dan membungkus langit hutan ini.
Akhirnya setelah berjalan cukup jauh, kami di suguhkan dengan pemandangan yang amat sangat indah. Air terjun yang landai, jatuh dari atas tebing dan bermuara dengan hempasan yang kuat. Aku tersenyum, seraya menikmati keindahan alam ini. Aku benar-benar mencintai petualangan untuk menikmati indahnya ciptaan Tuhan.
Sesaat aku menghela nafas lega, tak henti-hetinya bersyukur sambil tersenyum. Aku mengeluarkan handphoneku seraya mengambil beberapa gambar dan merekam suasana air terjun nan indah ini, dikuti dengan mengabadikan kenangan bersama teman-teman yang lainnya.
Kembali melanjutkan perjalanan menuju air terjun yang berada diatas tebing ini. Suasana hati semakin bersemangat dan penuh dengan canda. Akhirnya setelah sepuluh menit perjalanan kami sampai pada pesona kedua dalam perjalanan ini.  Pemandangan indah kembali memanjakan mata untuk kedua kalinya. Ait terjun yang sangat tinggi, melompat dari ketinggian sekitar dua puluh meter.
Bertepatan dengan masuknya waktu shalat, tentu saja kewajiban yang satu ini tidak menghalangi kami untuk melakukan perjalanan. Shalat berjamaah tetap kami lakukan di tengah hutan yang rindang ini.
Selanjutnya hal yang ditunggu-tunggu, menikmati sejuknya air terjun yang berhamburan hadapan mata. Bermain air serta saling tertawa bersama dengan kawan-kawan lainnya. Coba tebak, hal menarik lainnya, ada lagi air terjun ketiga diatas terbing ini. Aku menatap keatas perlahan. Sekitar tiga puluh meter. Namun kami memutuskan untuk tidak melanjutkan langkah perjalanan. Karena sesaat awan menutupi langit biru yang menemani kami.
Hanya beberapa orang yang melanjutkan perjalanan kami. Mewakili untuk melihat suguhan pemandangan indah dengan rekaman video dan gambar yang diambil menggunakan kamera. Namun kebahagiaan ini tidak berlaku dengan seorang temanku. Ia yang terlihat sendiri dan tidak bergabung dengan kami. Namun ia masih saja mencoba untuk tetap tersenyum dan meminta untuk segera kembali ke posko karena langit mulai terlihat mendung.
Kami mulai berkemas dan kembali ke posko awal untuk kembali setelah foto bersama. Terlihat Asti yang berlari memotong perjalanan kami. Awalnya ini sedikit membuatku bingung. Tapi aku berusaha untuk berfikiran positif kepadanya.
Di jalan kami terpisah menjadi dua rombongan, aku tergabung kedalam rombongan bagian belakang. Kami duduk di sebuah pondok perisritahatan di bawah pohon rambutan. Bercerita tentang menariknya hari ini, lantas melanjutnya perjalanan untuk turun.
Ditempat yang berbeda, Asti masih berlari dan akhirnya duduk bersama teman-teman yang sudah sampai di posko awal kami masuk. Entah apa yang terjadi, ia terlihat ketakutan dan sedikit marah lalu menghempaskan sebuah botol kaca yang ia temukan di sebelahnya. Semua mata lantas tertuju kepadanya, dan rombongan kami pun sampai bersama dengan kawan-kawan lainnya. Semuanya terlihat diam, dan aku pun merasa heran. Rombongan pertama langsung mengajak kami meninggalkan tempat tersebut.
Kami bergegas sampai ke parkiran serta berpamitan kepada ibu-ibu yang berjualan disana. Sampai akhirnya Adzan Ashar berkumandang ketika kami sudah sampai di rumah Asa. Makan siang bersama, lalu bercerita mengenai pengalaman tadi.
“Aku melihat seekor kera yang berbadan manusia, yang selalu mengikuti perjalan kita ketika kalian semua bermain air di air terjun tadi. Ia juga mengikutiku sampai ke posko satu, karena sepertinya ia sadar jika aku bisa melihatnya. Lantas ia marah ketika aku melempar botol kaca ke batu.” Kami semua terkejut mendengar cerita Asti, dan mulai merasa merinding.
“Aku tidak mungkin menceritakan hal itu ketika kita masih berada di dalam hutan.” Ia tersenyum dan menatap kami satu-persatu yang merinding mendengar ceritanya. Di lain sisi kawan-kawan yang lainya menghabiskan waktu dengan bernyanyi bersama dan bercerita kecil.
Dalam situasi bagaimana pun, jangan pernah lupakan Allah. Karena hanya kepada-Nya lah kita bisa memohon perlindungan dan bersyukur dengan apa yang telah ia ciptakan di dunia ini. Cerita ini terangkum kedalam sebuah travel blog yang akan ku kenang sampai kapan pun.

Minggu, 15 Maret 2020

Sapaan Senja Pantai Nirwana


Sapaan Senja Pantai Nirwana


Kala itu bertepatan dengan pelaksanaan quality time tim PDH BAKTI UNAND 2019. Saat pertama kalinya bagiku untuk memulai lebih berinteraksi dengan teman-teman yang baru saja ku kenali beberapa hari yang lalu dikmpusku. Sebenarnya ada perasasaan yang sedikit mengganjal dalam fikiranku. Ketika aku mencoba untuk merasa nyaman pada kondisi yang sebenarnya membuat hatiku menjadi rishi. Kenapa? Karena sebenarnya aku tidak terlalu suka untuk sering berinteraksi dengan orang-orang yang baru saja ku kenal.
Memulai percakapan baru, mencoba tersenyum dan menjaga image pada setiap berbicara dan berpapasan. Sebenarnya itu bukanlah sebuah hal yang biasa ku lakukan sebagai manusia introvert. Aku lebih suka untuk melakukan kegiatan di rumah, atau bahkan menghabiskan waktuku sendiri, bersama keluarga, dan paling tidak dengan seorang teman dekatku.
Akhir-akhir ini aku mencoba untuk memperluas jejaring sosialku. Mencoba untuk mengikuti berbagai kepanitiaan di kampusku. Aku mencoba untuk mengukuhkan hatiku dan bergabung dalam kepanitiaan tersebut. Dengan harapan agar aku lebih dapat membuka diri dan memperoleh pengalaman baru dari apa yang telah kulakukan dalam kepanitiaan tersebut.
Desiran ombak mengalun lembut memecah keheningan siang ini. Cuaca terik membakar kepalaku dan akhirnya kami pun memutuskan untuk berkumpul dibawah pohon yang mengelilingi pantai tersebut. Sepoi menemani setiap pembicaraan kami, sesekali menggelitik dan memberikan pesona pantai semakin menyenangkan.
Perkenalan dan menceritakan menganai pengalaman-pengalaman yang dialami selama hidup di dunia perkampusan. Menjadi bagian terbaik untuk menjadi bahan pembicaraan dan mengupas segala keingintahuan mengenai kehidupan teman-teman.
Berkelana di tepian pantai juga kami lakukan, bermain air, menangkap kepiting, dan tidak lupa. Sebagai bagian dari divisi dokumentasi, pengambilan gambar tentunya tidak akan pernah luput untuk mengabadikan sebuah memori. Senja yang hangat, lembayung senja pun memukau, desiran ombak yang menyentak, serta sapaan mentari.
Semuanya indah dan sangat mengagumkan.

Panorama Jembatan SIti Nurbaya


Panorama Jembatan Siti Nurbaya 


Malam ini aku akan mengawali perjalanan panjangku dengan menulis pengalaman luar biasa yang ku jumpai di bumi ini. Sebagai pengawalan ku suguhkan kepada teman-teman semua salah satu pemandangan nan indah di Kota Padang.
Panorama malam di Jembatan Siti Nurbaya. Gemerlapan cahaya selalu menemani malam, pun juga bertemankan gemintang yang seakan memberikan pantulan keindahan kepada langit. Perjalanan menuju panorama Jembatan Siti Nurbaya ini menempuh waktu sekitar dua puluh menit dari Pusat Kota.
Disini teman-teman akan disuguhi oleh indahnya kerlap-kerlip lampu yang membentang disepanjang pinggiran sungai. Kendaraan berlalu lalang diatas jembatan menambah keramaian nuansa malam disini. Kali ini perjalanan menarik ini ku tempuh pada tanggal 26 Juni 2019 bersama kawan-kawan di kampusku.
Teman-teman kampus dari Universitas Andalas menjadi tim perjalananku untuk menikmati indahnya Jembatan Siti Nurbaya Panorama. Bermodalkan motor yang setidaknya mampu menjajaki luasnya kota Padang. Kami berangkat setelah shalat Isya dan bertemankan angin malam kami pun melesat menuju lokasi.
Malam nan indah, ditemani dengan suapan jagung bakar panas dan pisang bakar yang menjadi kesukaan banyak pengunjung. Tak heran, banyak sekali insan yang menghabiskan malam minggu mereka untuk menikmati suasana malam disini.
Malam yang berhiaskan kemerlapan cahaya ini selalu berhasil menciptakan pemandangan yang romantis dan menenangkan. Aku yakin siapa saja yang datang akan kagum dengan manisnya panorama Siti Nurbaya di malam hari. Penuh keramaian namun mendamaikan, beraroma kenyamanan, dan bernuansakan cinta.
Semua ini tak lepas dari rasa syukurku atas nikmat yang telah diberikan tuhan kepadaku. Senyum manis tak henti-hentinya menemani perjalananku bersama kawak-kawanku saat itu.