Air Terjun Sarasah
Ini kisah perjalanan pendek
menelusuri bebatuan dan hutan-hutan. Bersama kawan-kawanku. Berawal dengan
titik kumpul di rumah Asa untuk berkumpul dan mempersiapkan segalanya. Entah
apa yang membawa kami kemari. Jutaan ide di ajukan oleh teman-teman yang
memperoleh informasi tentang tempat ini.
Sarasah, salah satu
wisata alam yang terdapat di Bandarbuek, yang ada di Padang. Berada di
tengah-tengah bukit di pedalaman desa. Kami melaju menuju post masuk menuju Sarasah.
Berboncengan dan konvoi menuju post pertama. Jalan yang kami lewati tidak
begitu bagus, ada banyak bebatuan dijalan dan jalan juga banyak yang berlobang.
Namun, hal ini tidak menutup kemunginan bagi kami untuk menelusuri wisata alam
tersebut.
Menelurusi tepian
hutan, selanjutnya kami harus memarkirkan motor dan mulai beranjak menuju Air
Terjun Sarasah. Dengan dekapan langit biru, kami melangkah masuk ke hutan
dengan penuh canda tawa.
Untuk sampai ke atas,
kami harus memanjat akar pohon yang cukup besar, aliran air menjadi petunjuk
bagi kami untuk meneruskan perjalanan. Pepohonan sangat rindang, membentuk
kanopi dan membungkus langit hutan ini.
Akhirnya setelah
berjalan cukup jauh, kami di suguhkan dengan pemandangan yang amat sangat
indah. Air terjun yang landai, jatuh dari atas tebing dan bermuara dengan
hempasan yang kuat. Aku tersenyum, seraya menikmati keindahan alam ini. Aku benar-benar
mencintai petualangan untuk menikmati indahnya ciptaan Tuhan.
Sesaat aku menghela
nafas lega, tak henti-hetinya bersyukur sambil tersenyum. Aku mengeluarkan
handphoneku seraya mengambil beberapa gambar dan merekam suasana air terjun nan
indah ini, dikuti dengan mengabadikan kenangan bersama teman-teman yang
lainnya.
Kembali melanjutkan
perjalanan menuju air terjun yang berada diatas tebing ini. Suasana hati semakin
bersemangat dan penuh dengan canda. Akhirnya setelah sepuluh menit perjalanan
kami sampai pada pesona kedua dalam perjalanan ini. Pemandangan indah kembali memanjakan mata
untuk kedua kalinya. Ait terjun yang sangat tinggi, melompat dari ketinggian
sekitar dua puluh meter.
Bertepatan dengan
masuknya waktu shalat, tentu saja kewajiban yang satu ini tidak menghalangi
kami untuk melakukan perjalanan. Shalat berjamaah tetap kami lakukan di tengah
hutan yang rindang ini.
Selanjutnya hal yang
ditunggu-tunggu, menikmati sejuknya air terjun yang berhamburan hadapan mata. Bermain
air serta saling tertawa bersama dengan kawan-kawan lainnya. Coba tebak, hal
menarik lainnya, ada lagi air terjun ketiga diatas terbing ini. Aku menatap
keatas perlahan. Sekitar tiga puluh meter. Namun kami memutuskan untuk tidak
melanjutkan langkah perjalanan. Karena sesaat awan menutupi langit biru yang
menemani kami.
Hanya beberapa orang
yang melanjutkan perjalanan kami. Mewakili untuk melihat suguhan pemandangan
indah dengan rekaman video dan gambar yang diambil menggunakan kamera. Namun kebahagiaan
ini tidak berlaku dengan seorang temanku. Ia yang terlihat sendiri dan tidak
bergabung dengan kami. Namun ia masih saja mencoba untuk tetap tersenyum dan
meminta untuk segera kembali ke posko karena langit mulai terlihat mendung.
Kami mulai berkemas dan
kembali ke posko awal untuk kembali setelah foto bersama. Terlihat Asti yang
berlari memotong perjalanan kami. Awalnya ini sedikit membuatku bingung. Tapi
aku berusaha untuk berfikiran positif kepadanya.
Di jalan kami terpisah
menjadi dua rombongan, aku tergabung kedalam rombongan bagian belakang. Kami duduk
di sebuah pondok perisritahatan di bawah pohon rambutan. Bercerita tentang
menariknya hari ini, lantas melanjutnya perjalanan untuk turun.
Ditempat yang berbeda,
Asti masih berlari dan akhirnya duduk bersama teman-teman yang sudah sampai di
posko awal kami masuk. Entah apa yang terjadi, ia terlihat ketakutan dan
sedikit marah lalu menghempaskan sebuah botol kaca yang ia temukan di sebelahnya.
Semua mata lantas tertuju kepadanya, dan rombongan kami pun sampai bersama
dengan kawan-kawan lainnya. Semuanya terlihat diam, dan aku pun merasa heran. Rombongan
pertama langsung mengajak kami meninggalkan tempat tersebut.
Kami bergegas sampai ke
parkiran serta berpamitan kepada ibu-ibu yang berjualan disana. Sampai akhirnya
Adzan Ashar berkumandang ketika kami sudah sampai di rumah Asa. Makan siang
bersama, lalu bercerita mengenai pengalaman tadi.
“Aku melihat seekor
kera yang berbadan manusia, yang selalu mengikuti perjalan kita ketika kalian
semua bermain air di air terjun tadi. Ia juga mengikutiku sampai ke posko satu,
karena sepertinya ia sadar jika aku bisa melihatnya. Lantas ia marah ketika aku
melempar botol kaca ke batu.” Kami semua terkejut mendengar cerita Asti, dan
mulai merasa merinding.
“Aku tidak mungkin
menceritakan hal itu ketika kita masih berada di dalam hutan.” Ia tersenyum dan
menatap kami satu-persatu yang merinding mendengar ceritanya. Di lain sisi
kawan-kawan yang lainya menghabiskan waktu dengan bernyanyi bersama dan
bercerita kecil.
Dalam situasi bagaimana
pun, jangan pernah lupakan Allah. Karena hanya kepada-Nya lah kita bisa memohon
perlindungan dan bersyukur dengan apa yang telah ia ciptakan di dunia ini. Cerita
ini terangkum kedalam sebuah travel blog yang akan ku kenang sampai kapan pun.